Syagini Ratna Wulan (IDN)

100 Moving Numbers
2013
100 pcs of steel lockers
40 x 40 x 64 cm each
Syagini Ratna Wulan lahir tahun 1979. Tahun 1997, ia menyelesaikan pendidikan Seni Grafis Fakultas Seni Murni ITB. Delapan tahun kemudian, pada 2005, ia mendapat gelar Master di bidang Studi Budaya dari Goldsmith College, University of London. Karyanya banyak dikenal karena idiom-idiom visual yang tidak linear. Ia kerap bermain-main dengan isu fantasi dan ketidaksadaran manusia yang kadang terasa ganjil, kadang absurd. Sisi dirinya yang suka bermain-main ini sering kali merupakan komentar atas sikap-sikap palsu kelas menengah. Dalam berkarya, ia kerap menggunakan benda sehari-hari. Hasilnya tak jarang terlihat feminin, di samping memiliki karakter kritis atas budaya kontemporer. Dalam proyek tunggalnya sebelumnya, “BiblioTea” (2011) di ArtHK, Hong Kong, ia mengundang pemirsa untuk turut serta masuk ke dalam toko buku dan kedai teh palsu, di mana ia menampilkan buku seni fiktif dan teh aneka rasa. Dalam proyek ini, ia mengajak penonton untuk memercayai kebenaran bahwa isi buku seni yang telah disarikan dalam teh dapat membuat peminumnya mendapatkan pengetahuan tentang isinya. Karya ini menggambarkan tradisi para budayawan Asia yang menghubungkan teh dengan filosofi dan kontemplasi keindahan, sementara di saat bersamaan menampilkan cara pandang kritisnya atas budaya konsumerisme, di mana orang kerap menginginkan pengakuan yang instan dengan usaha minimal. Pada tahun 2011, ia mendapatkan peluang residensi di Art Initiative Tokyo. Beberapa karyanya menjadi koleksi publik di Singapore Art Museum dan Indonesian Exchange.
Untuk Biennale Jogja XII, Syagini menampilkan “100 Moving Numbers” (2013). Dalam karya ini ia mengundang para pemirsa untuk turut serta bermain-main, membiarkan kartu-kartu pos bernomor dan 100 loker membimbing jalan mereka, untuk menciptakan narasi sendiri. Seratus buah loker berwarna putih berisi berbagai objek seni berbeda serta instalasi yang menggambarkan jukstaposisi antara angka dengan istilah-istilah dalam eksistensialisme. Syagini bermain-main dengan berbagai asosiasi kata-kata, angka-angka dan benda-benda dan membiarkan penontonnya melakukan performans dari satu lokasi pameran ke lokasi lainnya.