Profil Kurator dan Direktur Artistik Biennale Jogja XII Equator #2

(dari kiri ke kanan) Sarah Rifky, Agung Hujatnika dan Farah Wardani di Sosialisasi Biennale Jogja XII, Institut Seni Indonesia, Yogyakarta, 21 Februari 2013. Foto oleh Wisnu Asa Ajisatria.

Kurator

Agung Hujatnika a.k.a Agung Hujatnikajennong adalah pengajar di Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung. Ia telah memeroleh gelar doktoralnya dari Institut Teknologi Bandung dengan disertasi bertemakan praktik kuratorial di Indonesia. Sejak 1999 ia telah menulis artikel tentang seni di berbagai media massa dan mempresentasikan makalah di seminar nasional maupun internasional. Agung pernah mengikuti residensi kurator di Australia (Queensland Art Gallery, Brisbane; Drill Hall Gallery, Canberra, 2002) dan di Jepang (Nanjo and Associates, Tokyo, 2004). Sejak tahun 2001 ia menjadi kurator di Selasar Sunaryo Art Space dan telah mengkurasi berbagai pameran di Indonesia maupun di luar negeri. Beberapa di antaranya ialah OK Video – Jakarta Video Festival (2003, and “SUB/VERSION”, 2005); Bandung New Emergence (2006, 2008, 2010); pameran tunggal Agus Suwage “I/CON” (2007); pameran tunggal Handiwirman Saputra “In Lingo” (2008); pameran tunggal Heri Dono “Nobody’s Land” (2008). Pada 2009, ia menjadi kurator “Fluid Zones”, pameran utama dalam program Jakarta Biennale: ARENA.

Sarah Rifky tinggal dan bekerja di Kairo, Mesir. Sejak 2009 ia menjadi kurator di Townhouse Gallery of Contemporary Art dan mengajar di The American University in Cairo dan MASS Alexandria pada 2010. Sarah belajar Visual Art and Mass Communication di The American University in Cairo  dan menerima gelar master Critical Studies dari Malmö Art Academy, Lund University di Swedia. Dia adalah salah satu editor buku Damascus: Tourists, Artists and Secret Agents. Beberapa proyek yang telah dikurasi Sarah antara lain “Invisible Publics” (Cairo, 2010), “The Popular Show” (Cairo, 2011), “an accord is first and foremost a proposition” (New York, 2011) dan “The Bergen Accords” (Bergen, 2011). Tahun lalu Sarah menjadi salah satu agen kurator untuk dOCUMENTA (13). Sementara tahun ini, ia menjadi salah satu juri tamu untuk program Artist in Residence, Art Dubai. Sekarang, Sarah juga menjabat sebagai direktur CIRCA (Cairo International Resource Center for Art).

Direktur Artistik 

Farah Wardani mendapat gelar master di bidang Sejarah Seni (abad ke-20) dari Department of Historical & Cultural Studies, Goldsmiths College, London, UK, pada 2001. Sejak 2007, Farah menjabat sebagai direktur Indonesian Visual Art Archive (IVAA) di Yogyakarta. Selain itu ia telah bekerja dalam proyek-proyek kolaborasi yang melibatkan berbagai institusi seni antara lain Cemeti Art House, ruangrupa, Edwin’s Gallery, Nadi Gallery, Valentine Willie Fine Arts KL, Element Art Space – Singapore, Asia Art Archive, dan Melbourne International Fine Art (MIFA). Pada 2007, bersama Carla Bianpoen dan Wulan Dirgantoro, ia menulis buku Indonesian Women Artists: The Curtain Opens. Pada 2011, ia menjadi kurator konsultan untuk pameran ”Indonesian Eye: Fantasies & Realities” di Saatchi Gallery, London. Salah satu proyek terbarunya adalah menjadi kurator untuk Google Chrome Open Spaces 2012.