Punkasila & Slave Pianos

Punkasila & Slave Pianos
“Rough Ride/Soft Power”
Instrumen musik, kostum, bendera, pertunjukan musik di panggung dan di ruang publik
Kolaborasi dengan: Fitri Setyaningsih, Erson Padapiran, dan komunitas suporter sepakbola Geng Liyud

Dalam karya ini, Punkasila bekerja di sekitar isu bagaimana kekacauan dan ketakutan dikelola sebagai modal budaya masyarakat. Bagi pemegang kekuasaan, seperti negara, pasar, atau kelompok paramiliter, kemampuan untuk menciptakan dan mengendalikan kekacauan merupakan modal politik mereka yang berharga. Sebaliknya bagi kelompok masyarakat tertindas, kekacauan merupakan alat untuk menandingi dominasi rezim yang berkuasa. Di jalanan, cara berbagai kelompok masyarakat untuk menandingi otoritas kuasa ini adalah dengan kebisingan dan penampilan yang terencana. Kebisingan suara mesin, koreografi rute berkendara, dan berbagai aspek pertunjukkan lainnya adalah suatu bahasa bersama dalam medan pertandingan kuasa.

Punkasila berawal dari sebuah proyek seni yang digagas oleh Danius Kesminas, seniman asal Australia bersama beberapa seniman, musisi dan peneliti Indonesia di Yogyakarta pada tahun 2006. Proyek ini kemudian berlanjut menjadi kelompok seniman yang berbasis di Yogyakarta dan Melbourne. Punkasila tertarik pada masalah sosial dan budaya dalam masyarakat urban dengan menciptakan lagu, modifikasi instrumen musik, kostum, video, komik, desain, lukisan dan medium seni lainnya. Punkasila telah menerbitkan 2 album musik Acronym Wars dan Crash Nation yang didistribusikan oleh Revolver – Archiv fur Aktuelle Kunst dan Yes No Wave Music. Kelompok ini telah berpameran dan tampil sebagai sebuah band di Indonesia, Australia dan pernah berpartisipasi di Havana Bienniale, Kuba pada tahun 2009.