Ersal Umammit (Indonesia-Ambon)
Ersal Umamit (lahir 1993 di Ambon) bekerja sebagai fotografer yang juga aktif di komunitas Ombak Banda. Ia tertarik untuk mengabadikan peristiwa-peristiwa di lingkup Maluku, dari budaya, alam, hingga kehidupan masyarakatnya. Selain sebagai seniman individual, ia juga aktif dalam Paparisa Ambon Bergerak dan Ombak Banda. Secara umum, ia tertarik pada upaya untuk menyelidiki narasi sejarah, berkaitan dengan riwayat kosmopolitisme dan situasi pascakolonial di Maluku dan sekitarnya.
Dalam salah satu seri karya foto terbarunya yang berjudul “Apa Kabar Banda Neira Hari Ini” mengangkat tragedi pembantaian Banda 400 tahun lalu dengan realitas saat ini. Ersal merasa realitas belum bergerak jauh dan masih berkelindan dengan masalah eksploitasi rempah, kebun pala, dan praktik tengkulak masih terjadi dan merugikan masyarakat Banda.
“Apa Kabar Banda Neira Hari Ini” (2021)
Cetak latex pada Wallpaper, Instalasi mix media dan suara | Ukuran bervariabel
Pala, Rempah yang paling dicari kolonial pada masa lalu tak selamanya menjadi berkah buat rakyat Banda. 400 tahun lalu, tepatnya 8 Mei 1621, 44 pengusaha pala Banda dibantai di depan benteng Nassau karena menolak monopoli dagang VOC. Sebelumnya, juga sudah terjadi pembantaian besar-besaran dimana sekitar 2500 rakyat Banda, dan mengakibatkan eksodusnya sebagian besar penduduk. Banda kemudian dibentuk menjadi kota kosmopolitan percampuran berbagai suku dan pendatang bersama masyarakat asli.
Di tengah industri pariwisata Indonesia yang seringnya berpihak pada investor dengan didukung oleh seperangkat undang-undang dan kuasa negara, merupakan persoalan Banda hari ini. Di balik keindahan pulau Banda, sesungguhnya pulau ini tetap terpuruk hingga hari ini. Mulai dari eksploitasi rempah, praktik tengkulak atas petani pala yang masih terjadi, hingga eksploitasi alam demi kepentingan ekonomi pariwisata, dimana tetap hanya menguntungkan segelintir orang dan menjadikan warga lokal sebagai penonton saja. Melalui rangkaian foto dan instalasi dalam ruangan ini, Ersal ingin bertutur tentang kegelisahannya atas Pulau Banda.