Site Loader

Biennale Jogja ke-18 KAWRUH: Tanah Lelaku menempatkan sikap kembali ke akar sebagai upaya menyemai pencerahan.

Berakar dari Bahasa Jawa yang berarti pengetahuan sebagai akumulasi pengalaman yang dicerna secara kritis oleh akal budi, KAWRUH dalam lingkup Biennale Jogja ke-18 dimaknai sebagai sekumpulan keragaman praktik artistik yang berjangkar pada sikap dan upaya menyelami seluk beluk pengetahuan tersebut. Pengetahuan yang kemudian dipahami sebagai laku menubuh serta kesadaran yang berakar pada kearifan lokal dimanifestasikan dalam kerangka-kerangka artistik yang hidup selaras bersama alam dan masyarakat sekitar.

KAWRUH: Tanah Lelaku diproyeksikan sebagai cerminan sekaligus riak-riak nilai yang berpendar dalam lini masa perkembangan pengetahuan serta tradisi kolektif warga. Melalui judul ini, Biennale Jogja 18 2025 terus mengembangkan ruang-ruang kolaboratif dan partisipatif dengan warga untuk bisa merefleksikan sejarah lokal, merebut tafsir mitologi dan narasi leluhur, serta melihat lebih dekat dampak perubahan lanskap dan tanah terhadap kehidupan hari ini.

Biennale Jogja 18 2025 akan terbagi dalam dua babak. Babak pertama merupakan sebuah repertoar bersama warga di Desa Karangsewu (tepatnya Padukuhan Boro), Kulon Progo, pada 19-24 September 2025. Kemudian berlanjut pada Babak Kedua di wilayah Kota Yogyakarta, Desa Bangunjiwo, dan Desa Panggungharjo, di kawasan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta pada 5 Oktober hingga 20 November 2025. Biennale Jogja 18 2025 akan melibatkan setidaknya 50 seniman dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk seniman-seniman dari wilayah sekitar, serta seniman dari negara-negara di kawasan Global Selatan.