Biennale Jogja 18 tahun 2025 masih berada dalam lintasan tema besar Translokalitas dan Transhistorisitas yang menjadi fokus utama Seri Equator Putaran Kedua. Tema ini terus dikembangkan sebagai bagian dari upaya mempertajam perspektif terhadap praktik seni kontemporer di wilayah-wilayah khatulistiwa, serta hubungan antar sejarah, ruang, dan pengetahuan yang bergerak lintas batas.
Tim kurator Biennale Jogja 18 tahun ini terdiri dari Bob Edrian, Eva Lin, dan Ketjilbergerak (Greg dan Vanie Sindana).
Pemilihan tema kuratorial “KAWRUH: Tanah Lelaku” sebagai tajuk utama edisi kali ini. Pilihan judul ini merupakan kelanjutan dari pendekatan kuratorial pada Biennale Jogja 17 tahun 2023 yang mengangkat tema Titen. Jika Titen merujuk pada upaya mencermati tanda-tanda perubahan melalui pengalaman, maka Kawruh mengarah pada proses pengumpulan, pemaknaan, dan penyebaran pengetahuan yang tumbuh dari praktik dan keterlibatan langsung.
Tanah Lelaku dalam konteks ini dimaknai sebagai ruang hidup tempat berlangsungnya laku, kerja, dan interaksi sehari-hari. Pengetahuan tidak dianggap sebagai sesuatu yang tetap dan terpusat, melainkan dibangun melalui pengalaman bersama, relasi sosial, serta keberulangan aktivitas yang terkoneksi dengan lingkungan. Melalui pendekatan ini, Biennale Jogja 18 berupaya untuk mengangkat ulang nilai-nilai pengetahuan lokal, praktik belajar kolektif, dan posisi desa sebagai ruang produksi budaya.
Kuratorial KAWRUH: Tanah Lelaku juga menandai keberlanjutan komitmen Biennale Jogja untuk memperluas ruang praktik seni kontemporer bukan hanya dari sisi estetika, tetapi juga melalui pemahaman terhadap konteks sosial dan kultural dimana tempat seni itu tumbuh. Program ini dirancang untuk melibatkan berbagai pihak, mulai dari seniman, komunitas, hingga warga yang terhubung langsung dengan ruang tempat penyelenggaraan berlangsung.
Dengan pendekatan ini, Biennale Jogja 18 tidak hanya menjadi peristiwa pameran, tetapi juga ruang temu antara pengetahuan, pengalaman, dan praktik kesenian yang berlangsung. Penyelenggaraan tahun ini menjadi bagian penting dalam mengembangkan narasi baru mengenai seni dan pengetahuan, yang berakar dari tanah dan dijalankan melalui laku.