Ayos Purwoaji (Kurator)
Ayos Purwoaji adalah seorang penulis dan kurator yang bekerja di perlintasan antara sejarah, arsitektur, dan seni rupa. Sejak 2015, ia telah bekerja bagi sejumlah pameran dan proyek kuratorial, antara lain Almost There (2017) di Vargas Museum, Manila; Lecture on Cities (2017) di Bozar Center for Fine Arts, Brussel; Némor/Southeast Monsoon (2019) di Cemeti Institute for Art and Society, Yogyakarta; dan Segar Bugar (2019) di Museum Bank Indonesia, Jakarta. Sebagian proyek seni yang ia buat mewakili minat khususnya pada praktik pengarsipan vernakular dan memori kolektif. Bersama beberapa kawan, ia mendirikan Surabaya Contemporary Heritage Council (SCHC), sebuah kelompok multidisiplin yang mengeksplorasi wacana kritis mengenai warisan budaya terutama di Asia Tenggara. Selain itu ia juga tergabung dalam Kelompok Kurator Kampung, sebuah kolektif yang bereksperimen pada seputar gagasan keterlibatan seni dalam kehidupan sosial dan mendorong praktik kuratorial dalam keseharian masyarakat pinggiran. Saat ini ia mengajar studi budaya di Universitas Ciputra, Surabaya.
Elia Nurvista (Kurator)
Elia Nurvista adalah seniman lintas disiplin yang tertarik menjelajahi berbagai media seni dengan pendekatan interdisipliner dan fokus pada wacana pangan. Selain dengan medium pangan itu sendiri, Elia juga aktif berkarya dengan instalasi, video, performance, dan bentuk performatif lainnya. Pada 2015, Elia menginisiasi Bakudapan, sebuah kelompok studi pangan yang anggotanya terdiri dari berbagai latar belakang dan disiplin keilmuan. Bakudapan bekerja dengan metode saling melengkapi dan prinsip persahabatan antar anggota. Bersama Bakudapan ia telah melakukan berbagai penelitian pangan dalam konteks sosial politik dan budaya. Dia juga mengkurasi ADAM LAB di TPAC (Taipei Performing Arts Center) bersama Transient Collective, Struggle for Sovereignty (2020/2021) dan berpartisipasi dalam berbagai pameran diantaranya Dhaka Art Summit di Dhaka (2020), Karachi Biennale di Karachi (2019) and 9th APT GAQOMA di Brisbane (2018).
Gintani Nur Apresia Swastika (Direktur)
Lahir di Yogyakarta pada tahun 1984, mendapatkan gelar Sarjana Seni dari program Seni Rupa Murni, Institut Seni Indonesia Yogyakarta pada tahun 2010 dan sedang menyelesaikan program pascasarjana Ilmu Religi dan Budaya di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dengan berfokus pada kajian seniman perempuan Indonesia.
Ia bekerja sebagai seniman dan telah terlibat dalam berbagai pameran kelompok, program residensi, dan proyek seni di Indonesia, Singapura, Taiwan, dan Australia. Karya-karyanya pernah ditampilkan dalam buku Indonesian Eye: Contemporary Indonesian Art, yang diterbitkan oleh SKIRA pada tahun 2011. Ia merupakan salah satu pendiri Ace House Collective, sebuah kolektif seniman yang melakukan praktik kerja kreatif melalui pendekatan budaya populer dan anak muda baik secara teori maupun praktik, kontekstual dan konseptual, serta menemukan kemungkinan-kemungkinan baru dalam perspektif seni rupa.
Ia telah aktif terlibat dalam berbagai forum seni baik lokal maupun internasional, seperti TRANScuratorial Academy, Mumbai, India (2017), The 7th Gwangju Biennale International Curator Course, Gwangju, South Korea (2016), 4A Curator’s Intensive, Emerging Curator Forum, di 4A Centre for Contemporary Asian Art, Sydney, Australia (2014), dan Gender Under Reflection on South East Asia Women Artist Forum, Yangon, Myanmar (2012).
Bekerja secara kolektif di mana pekerjaan dan tanggung jawab dibagi dengan setara, ia mengembangkan praktik artistik, kuratorial dan manajerialnya melalui Ace House dan berbagai proyek seni lainnya. Diantaranya, sebagai Direktur pada program Arisan Tenggara: Forum Kolektif Seni Asia Tenggara (2018) dan Festival Kebudayaan Yogyakarta (2019-2020) dimana ia bekerja sebagai Direktur Kreatif dalam program tersebut.