Eunike Nugroho (Indonesia-Yogyakarta)
Eunike Nugroho merupakan seniman dan watercolor illustrator botani yang mengenyam pendidikan di Jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV), Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, hingga akhirnya tinggal di Yogyakarta. Ia adalah anggota Society of Botanical Artists (SBA) dan pendiri Indonesian Society of Botanical Artists (IDSBA). Ketertarikannya pada seni botani berkembang setelah pertemuan panjang dengan komunitas-komunitas botani di Inggris.
Sekembalinya ke Yogyakarta, ia tergugah untuk mendokumentasikan ragam flora asli Indonesia. Menurutnya, negara ini memiliki kekayaan flora tetapi belum tercatat dengan baik. Eunike sering berkolaborasi dengan berbagai klien di seluruh dunia untuk menyampaikan seni botani pada audiens yang lebih luas. Sejumlah karyanya diterbitkan sebagai perangko seri musim semi oleh Canada Post’s 2018, sampul buku penerbit Penguin Random House, Penguin Press, Harlequin, Rowohlt Verlag, ilustrasi artikel Süddeutsche Zeitung Magazin, Technologist scientific magazine, National Geographic Indonesia, dan berbagai materi promosi Shiseido, Avon USA, Codorníu, dan lainnya.
“Pelahap” (2021)
Cat air di atas kertas | 113 x 210 cm
Nepenthes hamata adalah tumbuhan karnivora endemik dataran tinggi Sulawesi. Karakter fisiknya ditandai dengan taring-taring tajam peristom yang mengait ke bawah, tubuh berwarna gelap dengan bercak merah atau pola berwarna ungu, memberikan satu kesan sosok pemangsa yang menakutkan. Tumbuhan ini dilindungi dan jumlahnya di habitat asli semakin berkurang.
Melalui pendekatan seni botani, Eunike menghadirkan sosok Nepenthes hamata dalam ukuran sangat besar. Ia berusaha memberi tumbuhan kecil ini suara yang selama ini tidak terdengar. Bagaimana jika posisi manusia dan tumbuhan ditukar, yang terancam jadi mengancam. Pembalikan posisi tersebut merupakan kritik atas ego manusia yang merasa dirinya sebagai pusat dunia dan berhak melahap segalanya demi kesejahteraan diri sendiri. Sikap serakah manusia pada akhirnya mencederai keseimbangan ekosistem, serta mengubah kosmologi tradisional di mana kelestarian alam memiliki nilai yang tinggi dalam kebudayaan manusia.