Tohjaya Tono (Indonesia-Bangkalan)
Tohjaya Tono (lahir di Bangkalan, Madura) seorang perupa yang banyak bekerja dengan media drawing. Material yang digunakan Tono sebagai kertas gambarnya berasal dari barang yang mudah dijumpai seperti kardus kemasan. Menurut Tono pengalaman menggambar spontan dari fragmen-fragmen kehidupan yang terjadi langsung di tempat dapat memberi dimensi dan nilai yang melebihi material teknisnya. Dalam Biennale Jogja XVI Equator #6 2021, Tono akan menghadirkan karya yang berbeda dari praktik sebelumnya, yaitu berupa instalasi skala besar yang dibuat dari material besi bekas.
Sebelum memilih jalan hidup berkesenian, ia berkuliah di jurusan public relation di Jakarta dan sempat bekerja di surat kabar nasional sebagai staf desain. Namun akhirnya dapat melanjutkan kuliah di jurusan seni lukis, Institut Kesenian Jakarta lewat jalur beasiswa.Tahun 2002 memutuskan untuk pindah ke Yogyakarta lalu bergabung dengan Taring Padi (gerakan seni yang fokus pada aktivisme isu sosial seperti konflik agraria, hingga hak buruh) dan komunitas film Kinoki serta mengembangkan sebuah komunitas seni bernama Kidung Anak Negeri yang berkolaborasi dengan Buruh Migran Indonesia di Hong Kong.
“Tamu Lahan” (2021)
Instalasi, media campuran, proyeksi video
Ukuran bervariasi
“Tamu Lahan” adalah kunjungan pengamatan dan pengawasan, sebagaimana kapal selam menjadi metafor atas usaha-usaha penaklukan sebuah wilayah. Sementara proyeksi video menampilkan “pandangan dari geladak”—sebagaimana lukisan dan sketsa para penjelajah Eropa abad XV—yang menampilkan lanskap pesisir dan pulau di Indonesia.
Pengaruh kekuatan negara dan latar geopolitik memiliki andil besar dalam eksploitasi sumber daya alam. Monopoli kawasan pesisir dimungkinkan dengan adanya kelindan kepentingan antara investor, oligarki, dan penguasa. Tidak jarang kesepakatan jual beli di antara mereka terjadi di bawah permukaan radar media, bahkan dibalut dengan narasi canggih cipta kerja atau pengembangan destinasi wisata.