Tim Riset Ruang Y.B. Mangunwijaya (Indonesia-Yogyakarta)
Ruangan ini dihadirkan untuk membaca ulang sebagian warisan intelektual Y.B. Mangunwijaya, salah satu pemikir dan budayawan paling penting yang dimiliki Indonesia. Spektrum warisan yang dimiliki Romo Mangun akan dibentangkan melalui berbagai arsip, temuan, literatur, dan karya seni. Pembacaan atas pemikiran Romo Mangun akan berpijak pada tiga buku yang pernah ditulisnya, yaitu novel “Ikan-Ikan Hiu, Ido, Homa (1983)”; “Wastu Citra (1988)” ; dan “Menuju Republik Indonesia Serikat (1998)”. Dari ketiga buku tersebut, gagasan Romo Mangun mengenai sejarah kolonialisme di wilayah kepulauan, sistem pengetahuan alternatif hingga desentralisasi politik, menjadi relevan untuk dilihat dan dibaca kembali saat ini.
Ruangan Y.B. Mangunwijaya terwujud berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik instansi, komunitas maupun perseorangan: Laboratorium Sejarah, Teori, Kajian Teknologi dan Desain FAD UKDW, Yayasan Dinamika Edukasi Dasar, Pusat Dokumentasi Arsitektur, Bondan Petra Diponegoro, Linda Oktavia, Patrick Manurung, Tito Hendrata.
–
Ruangan ini dihadirkan untuk membaca ulang sebagian warisan intelektual Y.B. Mangunwijaya, salah satu pemikir dan budayawan paling penting yang dimiliki Indonesia. Spektrum warisan yang dimiliki Romo Mangun akan dibentangkan melalui berbagai arsip, temuan, literatur, dan karya seni. Pembacaan atas pemikiran Romo Mangun akan berpijak pada tiga buku yang pernah ditulisnya, yaitu novel Ikan-Ikan Hiu, Ido, Homa (1983); Wastu Citra (1988); dan Menuju Republik Indonesia Serikat (1998). Dari ketiga buku tersebut, gagasan Romo Mangun mengenai sejarah kolonialisme di wilayah kepulauan, sistem pengetahuan alternatif hingga desentralisasi politik, menjadi relevan untuk dilihat dan dibaca kembali saat ini.
Melalui Ruangan Y.B. Mangunwijaya, diharapkan pengunjung dapat menyusuri cara pandang atas dekolonisasi, politik pengetahuan dan imajinasi atas desentralisasi yang masih relevan untuk dibicarakan terkait dengan berbagai permasalahan yang merentang di kepulauan Indonesia bagian timur hingga wilayah Oseania. Cara pandang ini sekaligus memungkinkan untuk merekonstruksi ingatan tentang bagaimana membaca warisan Y.B. Mangunwijaya di tengah persoalan gentrifikasi, pendidikan arsitektur yang semakin pragmatis dan konteks budaya perkotaan yang mengitarinya.
Ruangan Y.B. Mangunwijaya terwujud berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik instansi, komunitas maupun perseorangan.
MITRA RUANGAN Y.B. MANGUNWIJAYA
Laboratorium Sejarah, Kajian Teknologi dan Desain FAD-UKDW
Yayasan Dinamika Edukasi Dasar
Pusat Dokumentasi Arsitektur
Belonia Prihandini Utami
Bondan Petra Diponegoro
Linda Oktavia
Patrick Manurung
Tito Hendrata