Bagaimana perspektif seniman dalam membaca bingkai kuratorial Oseania pada gelaran Biennale Jogja XVI Equator #6 2021?
Edith Amituanai, Maria Madeira dan Shivanjani Lal berbicara tentang bagaimana perspektif seniman membaca bingkai kuratorial Oseania, menceritakan konsep dan ide yang ingin mereka sampaikan serta pendekatan artistik yang mereka gunakan dalam Biennale Jogja XVI. Program ini digelar pada hari Jumat (29/10).
Diskusi dibuka oleh Ayos Purwoaji, selaku kurator Biennale Jogja XVI dan host pada kali ini. Ketiga seniman telah siap. Mereka saling melemparkan senyum dari tempat masing-masing.
Edith membuka bahasan dengan bercerita tentang rumah masa kecilnya. Karya Edith yang mengambil konsep ruang duduk atau ruang tamu. Entah itu dari Selandia Baru, Australia, bahkan Amerika.
“Ada semacam pola dan jenis yang konsisten dan sama di dalam rumah, meskipun mereka berada di negara yang berbeda. Saya berangkat dari gagasan itu,” jelas Edith.
Edith pun menambahkan bahwa ia mempelajari rumah memiliki representasi dari apa yang dihargai oleh seseorang. Jika ia menghargai suatu agama, maka hal itu akan direpresentasikan dari rumahnya. Dan itu seringkali terjadi.
“Karya ini merupakan suatu arah yang baru. Dan ini sangat menarik bahwa Biennale tertarik dengan karya tersebut, karena karya ini dimulai dengan sebuah cerita,” ungkap Shivanjani Lal ketika mulai bercerita tentang karyanya.
Karya Shivanjani seringkali berupa duka personal atas kehilangan nenek moyang serta proses penyembuhan diri. Sebagai anggota dari pekerja tanpa kontrak diaspora India dan Lautan Pasifik. Kali ini Shivanjani juga mencoba membawa gagasan tersebut dalam karyanya pada Biennale Jogja XVI.
Shivanjani bercerita, ketika ia pergi ke rumah neneknya, ia menemukan sesuatu. Terdapat skisma aneh yang dulunya adalah perkebunan tebu, tapi sekarang tidak lagi. Kemudian hal-hal ini menjadi berbelit-belit tetapi juga menjadi sejarah yang kompleks.
“Saya pikir salah satu hal yang terus saya pikirkan adalah saya tidak ingin berbicara tentang trauma. Saya ingin berbicara tentang harapan yang juga ada dalam tubuh kita dan potensi yang kita semua miliki. Tapi saya juga berpikir itu sebenarnya milik banyak orang.”