Empat layar laptop gaming menyala terang. Di depannya, siswa dengan seragam putih merah sudah siap menjelajah gim Minecraft. Mereka tak sabar memulai.
“Saya sudah pernah buat stadion di Minecraft,” ujar salah satu siswa ketika ditanya bangunan yang pernah dibuatnya. Senyum lebar lantas tergambar lewat garis mata Riyan Kresnandi, seniman pameran arsip sekaligus pembawa acara, yang tertutup masker itu.
“Wah, kalau begitu, kalian (siswa) yang mengajari kami (panitia), dong,” timpal Riyan sambil tertawa.
Workshop pun segera dimulai. Tangan-tangan dan jari mereka yang kecil itu segera menyusuri keyboard dan mouse dengan lincahnya. Mereka tampak sudah terbiasa dengan Minecraft. Suasana ruang galeri di Taman Budaya Yogyakarta (TBY) jadi lebih hidup.
Agenda program arsip Biennale Jogja XVI Equator #6 2021 ini mengajak pada siswa sekolah dasar (SD) untuk membuat karya seni lewat Minecraft. Hari ini, Rabu (3/11) siang, siswa SD Serayu yang jadi pesertanya.
Yang tidak biasa, gim biasanya dipandang seperti serangga pengganggu dalam lingkup pendidikan formal. Gim dianggap jadi sebab performa akademik siswa menurun. Lalu, apa yang berusaha dicapai melalui workshop ini?
Menanggapi pertanyaan tersebut, Endang Werdiningsih, guru kelas 6 SD Serayu yang mendampingi peserta workshop, angkat bicara.
“Saya rasa itu semua soal porsi, ya. Tidak semua gim itu buruk. Bisa mengontruksi dan menumbuhkan imajinasi mereka. Namun, sebagai orang tua dan guru, kami mendampingi dan mengawasi mereka (anak) tidak berlaku 24 jam,” tuturnya.
Menurutnya, murid SD belum bisa mengendalikan diri dan emosinya. Bermain gim hingga lupa waktu, dapat mengurangi kepekaan siswa-siswa SD dengan lingkungan sekitar.
“Misalnya, ada orang jatuh, tapi (anak) sedang main gim. Lalu, dibiarkan saja. Bagi mereka yang bijak, itu (gim) pasti sangat menolong untuk berimajinasi. Tapi, kasus itu rasanya hanya sedikit,” tambah Endang.
Lebih jauh, Endang tetap merasa kemampuan artistik perlu diasah sedari dini.
“Kemampuan artistik dan kreativitas itu sangat penting. Kalau kita di sekolah, yang aktif itu otak kiri. Padahal, butuh keseimbangan dari otak kanan juga. Kecerdasan juga ada banyak jenisnya. Termasuk kecerdasan artistik. Misalnya, seni rupa yang juga bisa diimbangi dengan musik,” pungkasnya.
Hari masih panjang. Siswa-siswa SD itu masih menjelajahi game Minecraft dengan semangat menyala. Sepertinya mereka hanya akan berhenti ketika perut mereka sudah berteriak-teriak minta makan, atau ketika mereka sudah diajak pulang oleh orangtua.