Mendung menyelimuti Kota Jogja sore itu. Pameran Biennale Jogja XVI Equator #6 2021 tetap ramai. Tetapi kali ini sedikit berbeda. Lorong-lorong pameran dipenuhi oleh anak-anak sekolah. Dengan pakaian santai yang dominan abu-abu dan hitam, para siswa dari MA Ali Maksum Yogyakarta, datang berkunjung ke pameran.
Satu per satu bilik karya mereka kunjungi. Terlihat jelas antusiasme dari para siswa, kala mendengarkan penjelasan dari exhibition guide. Belakangan diketahui, ternyata siswa yang berjumlah lebih kurang 40 orang ini adalah bagian dari ekstrakurikuler kesenian yang ada di MA Ali Maksum.
MA Ali Maksum berada di bawah Yayasan Pondok Pesantren Ali Maksum Krapyak Yogyakarta. Sebagai sekolah pesantren, kesenian bukanlah mata pelajaran utama, tapi tidak menutup kemungkinan bagi para siswa untuk mengenal tentang seni.
Menurut Naja dan Yasmine, pembimbing dan juga tentor dari ekstrakurikuler desain grafis, kunjungan kesenian ini adalah yang pertama dilakukan. Dengan berbagai proses yang mereka lalui sebelum akhirnya bisa datang berkunjung.
“Ali Maksum ini kan sekolah Islam banget, jadi agak susah buat dapat izin keluar gitu. Apalagi ke pameran kesenian gini, kan,” jelas Naja di sela-sela kunjungannya di Jogja National Museum (JNM) pada Senin (08/11) siang.
Kedatangan para santri ke Biennale Jogja pun bukan hanya untuk berkunjung. Para santri diharapkan dapat lebih mengerti tentang industri seni dan realita praktik seni, khususnya yang ada di Jogja. Setelah kunjungan ini pun mereka juga diharapkan lebih dapat mengeksplorasi seni lagi. Karena selama ini, praktik seni yang mereka lakukan seringkali sebatas melukis atau menggambar. Padahal ada banyak hal yang bisa dieksplorasi oleh kesenian, seperti seni instalasi, fotografi, video, dan lainnya.
Latar belakang siswa yang merupakan santri, dan tidak boleh membawa ponsel cukup menyulitkan anak-anak dalam mengakses karya seni atau referensi di internet dan pinterest. Mereka juga tidak mengakses sosial media.
Dalam proses mengajar seni, Naja dan tentor lainnya cukup kesulitan karena adanya keterbatasan siswa dalam mengakses media di luar sekolah.
“Dari sini juga aku kepikiran, gimana kalau aku ajak aja ke Biennale Jogja biar mereka bisa lebih eksplorasi tentang seni. Tentang seni yang ada di sini dululah,” ungkap Naja. Tidak sekadar melihat dan menikmati karya seni yang ada di Biennale Jogja, tentor juga memberikan penugasan kepada para siswa, untuk membuat sebuah poster pameran tunggal. Di sela tour pameran yang diberikan oleh exhibition guide, para siswa juga mengambil banyak foto sebagai bahan tugas. Mereka tidak menyia-nyiakan sedikit pun kesempatan yang telah diberikan.