Aroma tepung yang dipanaskan menyeruak menyentuh indera. Panas dari tungku api yang membara menyentuh udara di sekitar. Samar-samar, butiran debu beterbangan. Suara hempasan adonan bergema. Walau sinar matahari terik, tidak menyurutkan semangat pria itu. Ia adalah Mumtaz Khan Chopan.
Mumtaz salah satu anggota dari A Pond is the Reverse of the Island. Pria asal Afganistan ini, berkolaborasi dengan Timbil Budiarto dalam pembuatan Roti Naan dengan menggunakan Tannoor.
Tannoor merupakan oven tanah liat yang berasal dari Afganistan. Biasanya dipanaskan hingga mencapai suhu tertentu. Namun Tannoor yang dihadirkan pada Biennale Jogja XVI Equator #6 2021 sedikit berbeda. Kali ini Tannoor dibuat dari besi yang berbentuk seperti tungku dan proses memasaknya menggunakan gas, bukan kayu bakar.
“I think one of the best ways to make people understand the community is to understand their culture,” ungkap Mumtaz di sisi barat panggung Jogja National Museum pada Sabtu (30/10).
Menurut Mumtaz, pembuatan Roti Naan ini bertujuan jika orang-orang memahami komunitas adalah dengan memahami budaya mereka. Pada titik ini, A Pond ingin agar orang-orang tahu bahwa pengungsi yang ada di Kalideres 60%-70% berasal dari Afganistan, dan mereka memiliki kultur serta karakter sendiri.
A Pond sendiri merupakan jaringan solidaritas kolektif yang bekerja dengan pengungsi di kampung pengungsi Kalideres di Jakarta dan pengungsi lainnya di seluruh Indonesia. Sesuai dengan tujuan A Pond, mengembangkan strategi artistik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari para pengungsi yang ada di Kalideres, Jakarta Barat. Pembuatan Roti Naan ini pun bertujuan untuk mengumpulkan donasi.
“Sejauh ini, donasi yang terkumpul lebih kurang sebanyak empat juta rupiah,” lanjut Mumtaz.
Mumtaz juga mengadakan workshop pembuatan Roti Naan bagi pengunjung. Tujuannya untuk mengumpulkan donasi. Sejauh ini, Roti Naan yang terjual sudah mencapai sekitar seratus lima puluhan.
“Pengunjung banyak yang sangat suka. Mereka juga suka membuat adonan dan membuat berbagai macam bentuk dari adonan tersebut,” jelas Mumtaz dengan wajah sumringah.
Proyek pembuatan Roti Naan dengan Tanoor ini tidak akan berhenti di Biennale Jogja XVI saja. Ke depannya, Tannoor yang telah dibuat oleh Mumtaz dan kawan-kawan akan dikirimkan kepada pengungsi yang ada di Kalideres. Agar para pengungsi dapat melanjutkan penggunaan tannoor tersebut.