Kenangan dan ingatan akan tempat tinggal, serta kearifan lokal, juga muncul dalam lukisan botani. Nepenthes hamata, tumbuhan karnivora endemik dataran tinggi Sulawesi, menjadi karakter utama Eunike Nugroho dalam karya lukisan cat airnya, “Pelahap” (2021). Di atas kertas dengan ukuran 113×210 cm ini, lukisan ini memberikan kesan sosok pemangsa yang menakutkan. Taring-taring tajam yang mengait ke bawah, tubuh berwarna gelap, bercak merah, dan pola berwarna ungu tampak gagah dalam ruangan putih bersih itu.
Lukisan merupakan satu dekorasi yang umum. Yang sering dilupakan, yaitu dekorasi ruangan dengan menggunakan sorot lampu. Sebelum berbicara pencahayaan, warna merah dan ungu yang dominan pada lukisan ini, mengingatkan pada Showroom “Courtyard No. 1” di Heze, Cina, oleh arsitek AOE. Permainan cahaya yang ekstrem, membuat gedung putih polos itu menjadi menawan seketika. Modern dan berani, teknik dekorasi ruangan dengan pencahayaan ini penting untuk menghadirkan sebuah suasana.
Berbekal memori dan pengetahuan lokal, pencahayaan juga dapat diajak bermain sebagai dekorasi ruangan. Tidak melulu soal warna, tapi: keredupan, arah, dan kehangatan cahaya, dapat memberikan nuansa yang berbeda bagi setiap ruangan. Cahaya matahari pagi dari arah timur dan lampu kuning hangat pada malam hari, misalnya, menerangi dapur terbuka yang bersebelahan dengan taman yang dirawat selalu dirawat ayah dan ibu. Romantis dan puitis sekali.
Dekorasi rumah yang menjelma dari kenangan perjalanan, ingatan tempat tinggal, dan kearifan lokal, dapat menjadi ilham bagi setiap orang yang ingin menyentuh kembali akarnya. Orang-orang yang belum tercerabut dari tanahnya dan yang enggan melupakan harapan sanak saudaranya.