Radio Isolasido merupakan sebuah projek radio temporer yang dikembangkan oleh Wok The Rock yang berkolaborasi dengan Gatot Danar Sulistyanto. Wok dan Gatot merasa perlu melakukan suatu hal yang mengajak publik untuk merefleksikan diri, terutama di masa pandemi seperti saat ini. Terlebih saat ini orang-orang lebih sering mengutarakan pendapat di sosial media. Kemudian orang lebih banyak berbicara, memberi dan sedikit mendengarkan. Mereka berharap publik untuk membiasakan diri lebih banyak mendengarkan orang lain atau mendengarkan satu hal di luar dirinya.
“Sebagai seniman, Saya dan Mas Gatot melakukan sesuatu hal yang mengajak publik untuk merefleksikan diri. Terutama di masa pandemi ini ketika kita semua harus mengisolasi diri.” ucap Wok. Wok The Rock dikenal seorang seniman, aktivis kebudayaan, sekaligus pendiri label record non-profit Yes No Wave Music, yang berasal dari Yogyakarta. Karya-karyanya melintasi batas-batas medium, mulai dari musik, performance, desain, objek, atau protipe insititusional dalam seni.
Radio Isolasido dikembangkan dalam kerangka penciptaan platform diskusi yang luas, yang menjangkau publik di luar lingkaran seni. Salah satu hal yang ingin dicapai Wok dan Gatot dalam Radio Isolasido ini adalah deep listening. Pembuatan deep listening sejak awal agar publik tetap bisa mendengarkan apa yang sebelumnya jarang didengar ataupun pernah mereka dengar, sehingga publik bisa membuat satu keterbukaan dalam memahami situasi.
Karya dari Radio Isolasido terbagi dalam dua lapis proses. Yang pertama adalah audio-spasial yang instalatif. Pengunjung dapat mendengarkannya secara langsung di lokasi, yang akan dipasang empat buah speaker system yang tersembunyi.
“Jadi kita lebih banyak membuat satu gimmick-gimmick audio yang mungkin itu sayup-sayup tapi juga memancing perhatian.” jelas Gatot. Gatot Danar Sulistyanto sendiri dikenal sebagai seorang komposer dan musisi kontemporer yang telah mempunyai pengalaman mancanegara, mengolah bunyi-bunyi yang berangkat dari beragam konteks budaya, mulai dari tradisi hingga yang sehari-hari.
Sedangkan untuk lapis proses kedua akan dibuat menjadi program radio yang kontennya sangat luas dan bervariasi, yang akan dibuat menjadi beberapa seri.
“Karena kultur mendengar sesungguhnya punya potensi di mana kita bisa saling memahami, saling membuka diri melalui saling mendengarkan, apapun itu: mulai dari kultur kebudayaan, musik, bahasa atau bentuk-bentuk bunyi yang abstrak sekalipun.” ungkap Gatot.
Radio Isolasido sendiri akan berjalan selama Biennale Jogja XVI Equator #6 berlangsung, 6 Oktober hingga 14 November 2021. Setiap minggunya akan dibuat episode yang disiarkan seminggu sekali melalui kanal-kanal radio, baik online maupun FM. Selain itu akan ada satu episode yang dibuat secara spesifik yang disiarkan melalui instalasi audio. Nantinya instalasi audio spasial ini akan berada di pohon beringin yang tepat berada di depan Jogja Nasional Museum.