Tidak hanya menandai berakhirnya rangkaian Seri Equator Biennale Jogja yang sudah berlangsung selama 10 tahun. Closing Ceremony pada Sabtu (13/11) malam, juga merupakan malam anugerah Lifetime Achievement Award (LAA) Biennale Jogja XVI Equator #6 2021 untuk dua seniman berdedikasi.
Dua nama penerima penghargaan itu adalah Nunung WS (Wahid Sahab), seorang perupa abstrak perempuan Indonesia, dan Hermanu, kepala dan kurator Bentara Budaya Yogyakarta.
Dilaksanakan di panggung utama Jogja National Museum (JNM). Hujan gerimis tidak sedikit pun mengurangi kekhidmatan para pengunjung.
Pertama-tama sambutan diberikan oleh Alia Swastika selaku Direktur Yayasan Biennale Yogyakarta (YBY). Alia menjelaskan tentang sejarah LAA dan para penerimanya dari tahun ke tahun, “secara tradisi penganugerahan ini di mulai sejak perhelatan Biennale Jogja ke 8, pada 2005.”
Selanjutnya Alia menerangkan kriteria seperti apa yang menjadi acuan untuk seniman penerima penghargaan.
“Dua tokoh ini dipilih dari beberapa nama yang diajukan oleh para Dewan Pembina dan Pengawas Yayasan Biennale Yogyakarta, dengan berbagai pertimbangan tentang dedikasi, loyalitas, integritas dan kontribusi praktik kesenian setiap figur untuk pembentukan ekosistem seni di Indonesia dan lebih khusus lagi di Yogyakarta,” ujar Alia.
Seusai pengantar dari Direktur Yayasan Biennale Yogyakarta, kemudian Nunung dan Hermanu dipersilakan untuk naik ke atas panggung. Disambung pemberian bunga sebagai tanda hormat Alia Swastika, piagam oleh Ibu Diah Laksmi sebagai kepala Dinas Kebudayaan Yogyakarta, dan penyerahan plakat atau cinderamata dari Kolektif Udeido kepada para penerima LAA.
Menjadi penutup, masing-masing dari dua seniman mengungkapkan perasaannya setelah mendapat ganjaran atas pengabdian mereka.
“Saya berterimakasih kepada Dewan Biennale Jogja 2021. Penghargaan yang saya terima ini menjadi pemicu semangat, sekaligus cambuk untuk saya terus berkarya sampai kapan pun. Dan terima kasih juga kepada guru saya, Nashar, beliau membimbing saya untuk memahami ‘how to be an true artist’. Juga kepada keluarga saya, suami saya, Selebar M. Soekarman, anak saya Seno Ahmad, juga kepada teman2 yang selalu mendukung dan memberi saya semangat,” kata Nunung.
Selanjutnya, setelah salam, Hermanu juga mengungkapkan perasaannya, “Terima kasih kepada Biennale Jogja yang memberi penghargaan dan prestasi seumur hidup ini. Saya telah 40 tahun mengelola Bentara Budaya Yogyakarta, yang sampai sekarang menjadi kurator di sana. Banyak asam garam mewarnai perjalanan, untuk itu saya ucapkan terima kasih kepada seniman yang telah bekerja sama selama 4 dasawarsa, dan juga kepada para pengunjung yang setia mengikuti berbagai kegiatan kami. Bentara Budaya tidak berarti apa-apa tanpa pengunjung dan seniman.”