Cuaca Kota Jogja cukup bersahabat malam itu, setelah panas yang terik sepanjang hari. Perjalanan menuju Indieart House pun berjalan lancar, dengan lalu lintas yang ramai. , tepat pukul 19.08 saya menginjakkan kaki di Indie Art House. Hanya ada segelintir orang dan exhibition guide yang menunggu.
“Belum ada yang datang, ya?”
“Belum. Masih menyelesaikan opening di MDTL,” jawab salah satu exhibition guide yang saya temui.
Tidak berselang lama, satu per satu pengunjung memasuki Indieart House. Mereka bergegas kemari setelah pembukaan venue di Museum dan Tanah Liat atau MDTL selesai. Para pengunjung malam itu terdiri dari para tamu undangan. Ruang pameran yang tadinya sepi kini ramai dengan pengunjung.
Begitu memasuki ruang pameran, tulisan ‘Ha*ck*ng Dom*est*cit’ sebagai tajuk dari Pameran Bilik Korea Konnect Asean, langsung menyambut pengunjung. Terdapat empat karya seni yang dipamerkan di Indieart House. Yang mana berupa video art, fotografi, dan juga dua dimensi.
Karya seni yang dipamerkan di Indieart House merupakan rangkaian dari Pameran Bilik Korea dan Taiwan. Karya yang dipamerkan di Indieart House adalah milik Agnes Christina dan Etza Meisyara. Karya kedua seniman ini dipamerkan dalam ruang bilik masing-masing. Etza Meisyara, salah satu seniman asal Indonesia yang berpartisipasi dalam Pameran Bilik Korea. Karya seni Etza memiliki beragam medium mulai dari karya cetak, instalasi, hingga karya suara. Karya ini menanggapi fenomena kosmologis dan pergeseran hubungan geopolitik dalam kehidupan kontemporer, melalui investigasi berbagai situs dari laut sampai ke gunung.
“Opening-nya nggak sebesar yang di JNM. Di sini cuma kayak open house aja,” jelas Rahma selaku exhibition guide di Indieart House.
Memang benar, malam itu tidak sebesar opening untuk main exhibition. Hanya dihadiri oleh beberapa seniman dan mitra yang diundang.
Menurut Rahma sendiri, karya yang dipamerkan pada Pameran Bilik Korea ini sangat menarik. Karya kontemporer yang mengaitkan beberapa instalasi dan bahan-bahan. Serta makna dari karya-karya tersebut, yang mana merefleksikan sejarah dimana para seniman yang berpartisipasi dalam Pameran Bilik ini hidup dan tumbuh.
Waktu menunjukkan pukul delapan lebih lima belas menit. Pengunjung pameran mulai berkurang. Para exhibition guide pun mulai santai. Beberapa pengunjung yang bertahan menikmati waktu sejenak di depan venue, mengobrol santai sebelum kembali melanjutkan agenda ke Jogja Nasional Museum.