Enam orang dengan balutan tenun Tidore yang coraknya begitu khas, berjalan bak peragawan dan peragawati dari pintu masuk galeri lantai 1 Jogja National Museum (JNM). Citra etnik dan modern diramu menjadi style yang unik dan apik sekaligus.
Fashion show Funkie Raha ini menjadi bagian dari gelaran bertajuk Boki Emiria Show International Performance yang diselenggarakan bersama dengan Broken Pitch dan Juanga Culture mulai pukul 10.00 WIB.
Enam talent fashion show ini—tiga perempuan dan tiga laki-laki—adalah audiens lecture performance tenun Tidore, yang sebelumnya diadakan di sisi barat panggung utama JNM dengan Bams Conoras yang memiliki nama panggung Presiden Tidore sebagai pemateri.
Ladija Triana, manajer program Biennale Jogja XVI Equator #6 2021, mengungkapkan, fashion show ini mengenalkan kain Nusantara pada pengunjung pameran.
“Kami berusaha mengenalkan kain tradisional Nusantara dan menunjukkan pada masyarakat bahwa kain itu (Nusantara) tidak hanya dapat dikenakan untuk acara-acara tertentu (formal), tetapi juga bisa dipakai di acara-acara yang santai. Misalnya, bermain bersama teman dan menonton pameran,” kata Ladija.
Pengenalan kain Nusantara dengan fashion show ini, bukan tanpa alasan. Ladija menerangkan, “Broken Pitch itu kolektif yang salah satu praktik berkaryanya beririsan dengan performance art. Dari situ, dengan membuat fashion show kain Nusantara mereka dapat menanggapi persoalan yang menjadi perhatian Juanga Culture, yaitu Hari Batik.”
Hari Batik, menurut rumah budaya Moloku Kie Raha (Maluku Utara) ini, tidak dapat merepresentasikan seluruh Indonesia. Banyak wastra dan kerajinan kain di penjuru lain di Indonesia yang kemudian dipinggirkan. Usulan mereka, Hari Batik diubah menjadi Hari Kain Tradisional Indonesia.
Yang menjadi pertanyaan, fashion show ini sifatnya adalah produksi konten video untuk media sosial. Artinya, memang digelar tidak untuk secara sengaja mengundang penonton di dalam ruang galeri. Mengapa demikian?
“Sebenarnya, (fashion show) ini cair saja. Kami ingin memposisikan talent fashion show sebagai pengunjung biasa, tetapi mengenakan kain tradisional Nusantara untuk pergi ke mana-mana,” tutup Ladija.